Selasa, 30 Juni 2015
Minggu, 28 Juni 2015
Rumah Sakit Fatima Parepare
Sejarah awal berdirinya RS Fatima mulai dirintis pada 1953 oleh seorang suster tarekat Biarawati Karya Kesehatan yaitu dr. Anna Dengel. Kepala Daerah Kotamadya Parepare waktu itu mengundang para suster-suster BKK yang bekerja di Ujung Pandang (sekarang ini Makassar) untuk memulai satu Klinik Bersalin.
Pada 26 April 1954 Sr. Elisabeth Hammelder, BKK dan Sr. Theresia van Ham, BKK sebagai utusan BKK ke Parepare dan mulai bekerja di Pastoran Jl. Veteran Parepare. Dari hasil kerja keras mereka, maka didirikanlah satu bangsal untuk ibu dan bayi. Atas kerjasama dengan Pastor van Schaik, maka pada 1 Mei 1954 bangsal tersebut resmi berstatus sebagai RS Bersalin.
Setahun kemudian (1955) mulailah gedung RS Bersalin yang sederhana dibangun tidak jauh dari Pastoran di atas tanah pemberian Pemerintah Kotamadya Parepare.
Pada 15 April 1956 peletakan batu pertama oleh Sr. Dr. Anna Dengel sebagai pendiri BKK, pembangunan gedung tersebut dibantu oleh Kementerian Sosial dari Jakarta sebesar Rp 500.000.-.
Pada 1957 menambah jumlah kelompok suster dan kehadiran seorang dokter wanita yaitu dr.A. Speetjens untuk menambah bangsal anak-anak dan pelayanan pengobatan kusta di Lauleng (daerah sekitar perbatasan Pinrang, Parepare).
Tahun 1958, Pastor Dr. G.A.E. De Baets CICM (Dokter Pemerintah) ikut juga membantu pelayanan Kesehatan di RS Fatima Parepare khususnya pengobatan kusta di Lauleng. Di antara dokter dari RS Fatima Parepare, dr. Teresita Camomot BKK yang pertama melakukan operasi rehabilitasi untuk penderita kusta di bawah bimbingan dr. Berbudi dari Ujung Pandang.
Tahun 1963 Pembangunan tahap III berupa Poliklinik rumah sakit telah rampung dikerjakan, pelayanan tetap berlangsung secara berkesinambungan, para suster BKK selanjutnya membuka pelayanan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) sebagai kelanjutan dan penegembangan pelayanan kesehatan, maka pada tahun 1966 di Panyanya dibuka unit pelayanan BKIA yang dikoordinir oleh Sr. Vianney untuk orang miskin disekitar Panyanya.
Tahun 1967 berdasarkan surat keputusan pemerintah No.35/Pend/X/1967 diperoleh izin untuk membuka Sekolah Penjenang Kesehatan Tingkat Atas C yang dirintis oleh Sr. Joanna Van Miltenburg BKK.
Tanggal 31 Juni 1968 Institusi Kesehatan R.S. Bersalin berubah status dari RS. Bersalin menjadi R.S. Fatima sesuai SK Menteri Kesehatan RI No.49/B.W/1.0/68 dan Sr.Dr.J. Barten diangkat menjadi Administrator pertama.
Pada tahun 1971 Posisi Administrator rumah sakit diserahkan dan dijabat oleh Sr. Joanna Van Miltenburg BKK yang menggantikan Sr. Dr.J. Barten yang meninggalkan Parepare.
Awal tahun 1973 jabatan administrator dipegang oleh Sr. Angela De Rijk dan memasuki tahun 1974, jabatan administrator diperbaharui menjadi Direktur Umum yang langsung dijabat oleh Sr. Tilde van Mook BKK.
Tahun 1975 Dinas Kesehatan atas nama Pemerintah Kota Parepare menunjuk R.S. Fatima sebagai pelaksana program Post-Partum KB dan pengelolaan RS Fatima semakin berkembang kearah PHC dan membuka UKM yang tugas utamanya mengintensifkan perkunjungan rumah di luar rumah sakit.
Pada 1977, pembangunan renovasi rumah sakit seiring dengan berkembangnya kebutuhan pelayanan dengan melengkapi ruang poli umum, ruang ceramah dan penyuluhan kesehatan, BKIA serta kantor UKM.
Tahun 1979 Posisi Direktur Umum yang dipegang oleh Sr. Tilde Van Mook BKK di serahkan ke rekan se-Biara Sr. dr. Teresita Cammot BKK.
Tahun 1981 jabatan Direktur Umum untuk pertama kalinya dipercayakan kepada seorang awam yakni dr. Albert I. Hendarta, MPH hal tersebut merupakan perubahan besar RS Fatima dimana sebelumnya pimpinan masih didominasi oleh Suster Biara.
Dr. Albert I. Hendarta, MPH sebagai Direktur Utama mulai mengembangkan unit pelayanan dengan membuka pelayanan Radiologi (1982) klnik gigi (1983) dan tahun 1984 konsep marketing rumah sakit mulai dikembangkan bidang promotif dan preventif di luar rumah sakit.
Pada 23 Juli 1984 Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) RS Fatima diresmikan berdasarkan SK Menteri Kesehatan No.114/Kep/Diklat/Kes/84, di bulan Agustus di tahun yang sama DPH (Dewan Pengurus Harian) mulai berganti personil Sr. Corason de Jesu BKK menjadi kepala Divisi Keuangan. Sr. Theresia Buaeng BKK dan Ibu Yuliana Sitola menggantikan Bapak Ludo The, mereka bertiga menjadi anggota DPH. Istilah DPH waktu itu kira-kira sama dengan Direksi RS. Fatima sekarang ini.
Ada beberapa momen yang penting sehubungan dengan pengembangan gedung, pengembangan pelayanan, pengembangan SDM karyawan karyawati rumah sakit, dan perggantian jabatan dalam kurun waktu antara tahun 1985 s/d 2009.
Pada Minggu, 29 Desember 1985 gedung bangsal Anna dibuka dan diresmikan oleh Kanwil Depkes Prop. Sul-Sel.
Pada 6 April 1986 Biarawati Karya Kesehatan selaku Pengelola dan Pemilik RS Fatima Parepare menyerahkan penuh:
- Kepemilikan RS Fatima Parepare kepada Keuskupan Agung Ujung Pandang.
- Pengelolaan RS Fatima Parepare ke Yayasan Sentosa Ibu.
Penyerahan tersebut disaksikan oleh Uskup Agung Ujung Pandang.
Pada hari Selasa, 8 April 1986 Sr. Corason de Jesu mengundurkan diri dari jabatan sebagai Kepala Divisi Administrasi Keuangan dan diganti oleh Drs. J.A.M. Handrianto W. Sekaligus juga sebagai anggota DPH dan mulai saat itu dipakai istilah anggota Direksi.
Tanggal 29 November 1986 dilakukan serah terima jabatan dari dr. Albert Hendarta,MPH selaku Direktur Umum merangkap Direktur Medis kepada dr. A. Suparto sebagai Direktur Umum dan dr. Paulus Susilo sebagai Direktur Medis.
Pada Februari 1989 Gedung Dapur Umum mulai dibangun dengan mengambil bekas bangunan Kamar Cuci yang lama dan pemberkatan gedung ini dilakukan oleh Pastor J. Henderick, CICM.
Terhitung 1 Januari 1991 karyawan RS Fatima masuk sebagai peserta program DHT KWI (Dana Hari Tua KWI, red.) Jakarta.
Tanggal 26 Juli 1991 Monsiegneur Frans van Roussel CICM, Uskup Agung Makassar meresmikan pemakaian gedung bangsal Bernadeth.
Pada September 1993 bangsal Elisabeth merupakan bangsal Nifas untuk menolong persalinan mulai direnovasi dan mulai rampung seluruhnya tahun 1985.
Pada 10 Maret 2001 Kepemimpinan R.S. Fatima mengalami pergantian dari dr. A.Suparto meletakkan jabatan sebagai Direktur Umum kemudian digantikan oleh dr. L. Rix Ronggani dan sekaligus Yayasan Sentosa Ibu (YSI) sebagai penyelenggara institusi RS Fatima melantik Direksi baru, dr. Ricard A. Kamarullah menjabat Direktur Medis, drg. Merli Gosal sebagai Direktur Penunjang Medis, Sr. Aloysia BKK sebagai Direktur Perawatan, serta Drs. J.A.M. Handrianto W. tetap sebagai Direktur Administrasi dan Keuangan.
Sabtu, 1 Mei 2004 RS Fatima genap berusia 50 tahun yang merupakan tahun emas sebuah tonggak yang tergolong matang dan dewasa, acara tahun emas diadakan misa syukur, dan diadakan serangkaian acara seremonial yang dihadiri oleh Walikota dan unsur Muspida Kota Parepare.
3 Desember 2005 Kamar Perawatan Kelas III mulai difungsikan untuk merawat pasien kelas III untuk sementara kamar perawatan tersebut diberi nama bangsal Bernadeth II yang sekarang bangsal Maria.
Atas usaha pengurus Yayasan Sentosa Ibu maka pada 15 November 2006 utusan pekerja Sosial dari organisasi PUM Nederland Mrs. Gerda van S. datang untuk melatih karyawan dan Direksi mengenai Manajemen Kepemimpinan dan Manajemen Komunikasi/Komflik yang dijalankan di RS Fatima.
Pada April 2007 diadakan rapat evaluasi pengurus Yayasan Sentosa Ibu dengan Direksi RS Fatima, keesokan harinya dr. L. Rix Ronggani tidak hadir menjalankan tugasnya karena sakit dan berobat baik di Makassar, Jakarta, dan Singapura. Untuk mengisi kekosongan Direktur Umum sementara dijabat drg. Merli Gosal.
Mengingat kondisi dr. L. Rix Ronggani masih menjalani perawatan dan pemulihan serta berakhirnya masa bakti kepengurusan Direksi sehingga pengurus YSI dengan ucapan terima kasih memberhentikan dengan hormat dr. L. Rix Ronggani sebagai Direktur Umum RS Fatima.
Terhitung sejak 31 Agustus 2007 drg. Merli Gosal masih mengambil alih tugas-tugas Direktur Utama untuk sementara waktu sehubungan dengan dr. L. Rix Ronggani masih menjabat Direktur RS Fatima namun mengalami gangguan kesehatan.
Tepat 1 September 2007, Bapak Andreas Lumme,SH,MH. yang bertindak atas nama Yayasan Sentosa Ibu melantik anggota Direksi RS Fatima periode 1 September 2007 s/d 31 Agustus 2011 dengan susunan sebagai berikut :
Anggota Direksi Ex-Officio :
Direktur: drg. Merli Gosal
Wakil Direktur I bagian Medis: dr. Arsiana Leman
Wakil Direktur II bagian Non Medis: Sr. F. Supeni BKK
Anggota Direksi Utusan:
Utusan Bagian Medis: Romauli Hutapea, AMK
Utusan Non Medis : Stanislaus, SE.Ak.
Pada 22 Agustus 2008, Pemberkatan Ruang Kantor Administrasi yang dilakukan oleh Pastor Willem Tulak. Ruang Kantor Administrasi merupakan bekas asrama SPK.
Tanggal 30 Januari 2009 Pemberkatan ruang bangsal Maria dan mulai berfungsi pada tanggal 3 Februari 2009. ***
Pada 26 April 1954 Sr. Elisabeth Hammelder, BKK dan Sr. Theresia van Ham, BKK sebagai utusan BKK ke Parepare dan mulai bekerja di Pastoran Jl. Veteran Parepare. Dari hasil kerja keras mereka, maka didirikanlah satu bangsal untuk ibu dan bayi. Atas kerjasama dengan Pastor van Schaik, maka pada 1 Mei 1954 bangsal tersebut resmi berstatus sebagai RS Bersalin.
Setahun kemudian (1955) mulailah gedung RS Bersalin yang sederhana dibangun tidak jauh dari Pastoran di atas tanah pemberian Pemerintah Kotamadya Parepare.
Pada 15 April 1956 peletakan batu pertama oleh Sr. Dr. Anna Dengel sebagai pendiri BKK, pembangunan gedung tersebut dibantu oleh Kementerian Sosial dari Jakarta sebesar Rp 500.000.-.
Pada 1957 menambah jumlah kelompok suster dan kehadiran seorang dokter wanita yaitu dr.A. Speetjens untuk menambah bangsal anak-anak dan pelayanan pengobatan kusta di Lauleng (daerah sekitar perbatasan Pinrang, Parepare).
Tahun 1958, Pastor Dr. G.A.E. De Baets CICM (Dokter Pemerintah) ikut juga membantu pelayanan Kesehatan di RS Fatima Parepare khususnya pengobatan kusta di Lauleng. Di antara dokter dari RS Fatima Parepare, dr. Teresita Camomot BKK yang pertama melakukan operasi rehabilitasi untuk penderita kusta di bawah bimbingan dr. Berbudi dari Ujung Pandang.
Tahun 1963 Pembangunan tahap III berupa Poliklinik rumah sakit telah rampung dikerjakan, pelayanan tetap berlangsung secara berkesinambungan, para suster BKK selanjutnya membuka pelayanan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) sebagai kelanjutan dan penegembangan pelayanan kesehatan, maka pada tahun 1966 di Panyanya dibuka unit pelayanan BKIA yang dikoordinir oleh Sr. Vianney untuk orang miskin disekitar Panyanya.
Tahun 1967 berdasarkan surat keputusan pemerintah No.35/Pend/X/1967 diperoleh izin untuk membuka Sekolah Penjenang Kesehatan Tingkat Atas C yang dirintis oleh Sr. Joanna Van Miltenburg BKK.
Tanggal 31 Juni 1968 Institusi Kesehatan R.S. Bersalin berubah status dari RS. Bersalin menjadi R.S. Fatima sesuai SK Menteri Kesehatan RI No.49/B.W/1.0/68 dan Sr.Dr.J. Barten diangkat menjadi Administrator pertama.
Pada tahun 1971 Posisi Administrator rumah sakit diserahkan dan dijabat oleh Sr. Joanna Van Miltenburg BKK yang menggantikan Sr. Dr.J. Barten yang meninggalkan Parepare.
Awal tahun 1973 jabatan administrator dipegang oleh Sr. Angela De Rijk dan memasuki tahun 1974, jabatan administrator diperbaharui menjadi Direktur Umum yang langsung dijabat oleh Sr. Tilde van Mook BKK.
Tahun 1975 Dinas Kesehatan atas nama Pemerintah Kota Parepare menunjuk R.S. Fatima sebagai pelaksana program Post-Partum KB dan pengelolaan RS Fatima semakin berkembang kearah PHC dan membuka UKM yang tugas utamanya mengintensifkan perkunjungan rumah di luar rumah sakit.
Pada 1977, pembangunan renovasi rumah sakit seiring dengan berkembangnya kebutuhan pelayanan dengan melengkapi ruang poli umum, ruang ceramah dan penyuluhan kesehatan, BKIA serta kantor UKM.
Tahun 1979 Posisi Direktur Umum yang dipegang oleh Sr. Tilde Van Mook BKK di serahkan ke rekan se-Biara Sr. dr. Teresita Cammot BKK.
Tahun 1981 jabatan Direktur Umum untuk pertama kalinya dipercayakan kepada seorang awam yakni dr. Albert I. Hendarta, MPH hal tersebut merupakan perubahan besar RS Fatima dimana sebelumnya pimpinan masih didominasi oleh Suster Biara.
Dr. Albert I. Hendarta, MPH sebagai Direktur Utama mulai mengembangkan unit pelayanan dengan membuka pelayanan Radiologi (1982) klnik gigi (1983) dan tahun 1984 konsep marketing rumah sakit mulai dikembangkan bidang promotif dan preventif di luar rumah sakit.
Pada 23 Juli 1984 Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) RS Fatima diresmikan berdasarkan SK Menteri Kesehatan No.114/Kep/Diklat/Kes/84, di bulan Agustus di tahun yang sama DPH (Dewan Pengurus Harian) mulai berganti personil Sr. Corason de Jesu BKK menjadi kepala Divisi Keuangan. Sr. Theresia Buaeng BKK dan Ibu Yuliana Sitola menggantikan Bapak Ludo The, mereka bertiga menjadi anggota DPH. Istilah DPH waktu itu kira-kira sama dengan Direksi RS. Fatima sekarang ini.
Ada beberapa momen yang penting sehubungan dengan pengembangan gedung, pengembangan pelayanan, pengembangan SDM karyawan karyawati rumah sakit, dan perggantian jabatan dalam kurun waktu antara tahun 1985 s/d 2009.
Pada Minggu, 29 Desember 1985 gedung bangsal Anna dibuka dan diresmikan oleh Kanwil Depkes Prop. Sul-Sel.
Pada 6 April 1986 Biarawati Karya Kesehatan selaku Pengelola dan Pemilik RS Fatima Parepare menyerahkan penuh:
- Kepemilikan RS Fatima Parepare kepada Keuskupan Agung Ujung Pandang.
- Pengelolaan RS Fatima Parepare ke Yayasan Sentosa Ibu.
Penyerahan tersebut disaksikan oleh Uskup Agung Ujung Pandang.
Pada hari Selasa, 8 April 1986 Sr. Corason de Jesu mengundurkan diri dari jabatan sebagai Kepala Divisi Administrasi Keuangan dan diganti oleh Drs. J.A.M. Handrianto W. Sekaligus juga sebagai anggota DPH dan mulai saat itu dipakai istilah anggota Direksi.
Tanggal 29 November 1986 dilakukan serah terima jabatan dari dr. Albert Hendarta,MPH selaku Direktur Umum merangkap Direktur Medis kepada dr. A. Suparto sebagai Direktur Umum dan dr. Paulus Susilo sebagai Direktur Medis.
Pada Februari 1989 Gedung Dapur Umum mulai dibangun dengan mengambil bekas bangunan Kamar Cuci yang lama dan pemberkatan gedung ini dilakukan oleh Pastor J. Henderick, CICM.
Terhitung 1 Januari 1991 karyawan RS Fatima masuk sebagai peserta program DHT KWI (Dana Hari Tua KWI, red.) Jakarta.
Tanggal 26 Juli 1991 Monsiegneur Frans van Roussel CICM, Uskup Agung Makassar meresmikan pemakaian gedung bangsal Bernadeth.
Pada September 1993 bangsal Elisabeth merupakan bangsal Nifas untuk menolong persalinan mulai direnovasi dan mulai rampung seluruhnya tahun 1985.
Pada 10 Maret 2001 Kepemimpinan R.S. Fatima mengalami pergantian dari dr. A.Suparto meletakkan jabatan sebagai Direktur Umum kemudian digantikan oleh dr. L. Rix Ronggani dan sekaligus Yayasan Sentosa Ibu (YSI) sebagai penyelenggara institusi RS Fatima melantik Direksi baru, dr. Ricard A. Kamarullah menjabat Direktur Medis, drg. Merli Gosal sebagai Direktur Penunjang Medis, Sr. Aloysia BKK sebagai Direktur Perawatan, serta Drs. J.A.M. Handrianto W. tetap sebagai Direktur Administrasi dan Keuangan.
Sabtu, 1 Mei 2004 RS Fatima genap berusia 50 tahun yang merupakan tahun emas sebuah tonggak yang tergolong matang dan dewasa, acara tahun emas diadakan misa syukur, dan diadakan serangkaian acara seremonial yang dihadiri oleh Walikota dan unsur Muspida Kota Parepare.
3 Desember 2005 Kamar Perawatan Kelas III mulai difungsikan untuk merawat pasien kelas III untuk sementara kamar perawatan tersebut diberi nama bangsal Bernadeth II yang sekarang bangsal Maria.
Atas usaha pengurus Yayasan Sentosa Ibu maka pada 15 November 2006 utusan pekerja Sosial dari organisasi PUM Nederland Mrs. Gerda van S. datang untuk melatih karyawan dan Direksi mengenai Manajemen Kepemimpinan dan Manajemen Komunikasi/Komflik yang dijalankan di RS Fatima.
Pada April 2007 diadakan rapat evaluasi pengurus Yayasan Sentosa Ibu dengan Direksi RS Fatima, keesokan harinya dr. L. Rix Ronggani tidak hadir menjalankan tugasnya karena sakit dan berobat baik di Makassar, Jakarta, dan Singapura. Untuk mengisi kekosongan Direktur Umum sementara dijabat drg. Merli Gosal.
Mengingat kondisi dr. L. Rix Ronggani masih menjalani perawatan dan pemulihan serta berakhirnya masa bakti kepengurusan Direksi sehingga pengurus YSI dengan ucapan terima kasih memberhentikan dengan hormat dr. L. Rix Ronggani sebagai Direktur Umum RS Fatima.
Terhitung sejak 31 Agustus 2007 drg. Merli Gosal masih mengambil alih tugas-tugas Direktur Utama untuk sementara waktu sehubungan dengan dr. L. Rix Ronggani masih menjabat Direktur RS Fatima namun mengalami gangguan kesehatan.
Tepat 1 September 2007, Bapak Andreas Lumme,SH,MH. yang bertindak atas nama Yayasan Sentosa Ibu melantik anggota Direksi RS Fatima periode 1 September 2007 s/d 31 Agustus 2011 dengan susunan sebagai berikut :
Anggota Direksi Ex-Officio :
Direktur: drg. Merli Gosal
Wakil Direktur I bagian Medis: dr. Arsiana Leman
Wakil Direktur II bagian Non Medis: Sr. F. Supeni BKK
Anggota Direksi Utusan:
Utusan Bagian Medis: Romauli Hutapea, AMK
Utusan Non Medis : Stanislaus, SE.Ak.
Pada 22 Agustus 2008, Pemberkatan Ruang Kantor Administrasi yang dilakukan oleh Pastor Willem Tulak. Ruang Kantor Administrasi merupakan bekas asrama SPK.
Tanggal 30 Januari 2009 Pemberkatan ruang bangsal Maria dan mulai berfungsi pada tanggal 3 Februari 2009. ***
sumber: http://keuskupan.blogspot.com/2009/06/rumah-sakit-fatima-pare-pare.html
Kamis, 25 Juni 2015
Jumat, 19 Juni 2015
Rekoleksi Mahasiswa/i AKPER Fatima Parepare
AKPER FATIMA:
“REFLEKSI SEHARI TINGKAT I PERIODE 2010/2011”
Institusi
Akademi Keperawatan Fatima Parepare merasa perlu menarik diri sejenak merefleksi
diri dan proses perkuliahan di penghujung ujian final semester genap mahasiswa
tingkat I Angkatan 2010/2011 demi mendalami diri dan
dunia sekitarnya. Terutama, berbagai hal yang berkaitan dengan relasi antar
mahasiswa, proses perkuliahan dan isu pengembangan Akademi Keperawatan Fatima
Parepare ke depan.
Refleksi
dihadiri segenap tingkat I periode 2010/2011 yang berjumlah 118 orang, dewan
dosen dan staf Akademi Keperawatan Fatima Parepare.
Refeksi diawali dengan
tema: ‘AKU
ADA BERSAMA ORANG LAIN’ yang dipandu oleh Martinus
Jimung,S.Fil.M.Si sebagai pengantar untuk menggali diri
dan relasi sosial dengan teman-teman seperjuangan serta institusi tempat
mahasiswa menimbah ilmu, dilanjutkan dengan sesi sharing dan tanya jawab.
Kemudian, Martinus Jimung,S.Fil.M.Si
selaku pemandu utama refleksi sehari memberikan kesempatan kepada pembicara
lain di luar institusi sebagai pembanding untuk menunjukkan kepada mahasiswa
bahwa Akademi Keperawatan Fatima tetap eksis dan The Best (terbaik) di hati
masyarakat luas karena terkenal dengan disiplin dan trampil dalam memberikan
pelayanan kepada para pengguna jasa.
Hadir
sebagai pembicara pembanding, Kepala Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPSLU)
Mappakasunggu Kota Parepare, Drs. Muh. Siddik Maulana, M.M, Ibu Anita,SKM jebolan PKU
(Penjenang Kesehatan Umum) Fatima Parepare angkatan tahun 1978 dari Dinas
Kesehatan Kota Parepare, Hanira, S.Kep dan Irma Pakan,AMK
mantan Mahasiswa AKPER Fatima Parepare angkatan 2009.
Drs. Muh. Siddik Maulana,
MM
dalam mensharingnya mengatakan, bahwa bobot, bibit dan bebet seorang tenaga
perawat profesional terletak pada ‘disiplin diri, pelayanan
dan kepekaan sosial’ terhadap apa yang ia kerjakan. Mahasiswa
Akademi Keperawatan Fatima Parepare memenuhi kriteria ini bila dikomparasikan
dengan mahasiswa AKPER lain yang mengadakan praktek klinik di PPSLU Mappakasunggu
Kota Parepare, tandas Sidik yang disambut tepuk tangan meriah dari para peserta.
Hal ini diperkuat oleh sharing ibu Anita,SKM.
tamatan Penjenang Kesehatan Umum Fatima Parepare. Anita mengatakan, disiplin
superket yang ia alami selama belajar di Lembaga Pendidikan Katolik Fatima
Parepare itu syarat nilai dan berdayaguna bagi masa depan dan pekerjaannya saat
ini. Disiplin membentuk dirinya untuk menjadi manusia berguna bagi keluarga dan
pekerjaannya, jelas Anita selaku Pengatur Tenaga Kesehatan Kota Parepare.
Karena itu, disiplin jangan dilihat sebagai ‘beban’
dalam proses belajar, melainkan sebuah proses penyadaran
pembentukan jati diri peserta didik harus terus dilakukan
agar warna misi Pendidikan Katolik yang sesungguhnya tidak pudar ditelan arus
globalisasi dan materialisme yang kian menggoda.
Hal ini diamini oleh Hanira,S.Kep
dan Irma Pakan,AMK alumi AKPER Fatima Parepare periode 2009.
Keduanya mengadakan, disiplin, ketrampilan dan pola pendidikan khas Katolik
umumnya dan Akademi Keperawatan Fatima Parepare khususnya tetap the best.
Mereka mengalami sendiri ketika studi
program S1 dan praktek klinik keperawatan di sekolah lain dan rumah sakit atau
puskesmas, AKPER Fatima tetap unggul karena gerakan penanaman nilai disiplin
diri, semangat belajar dan ketrampilan dalam memberikan pelayanan terus ditularkan
kepada para mahasiswa AKPER Fatima Parepare agar tidak terjadi ‘dusta
diantara kita’, ujar mereka.
Sementara
Pimpinan Institusi Akademi Keperawatan Fatima Parepare, Ners
Agustiina,S.Kep.M.Kes dan Kasub Kemahasiswaan, Ners
Pelagia,S.Kep menyimpulkan bahwa refleksi sehari yang syarat
makna ini membuka cakra cara berpikir dan belajar kita ke depan untuk melihat
diri dan dunia Pendidikan AKPER Fatima Parepare secara holistik (menyeluruh).
Para mahasiswa diajak untuk merefleksi diri lebih dalam dan proses pembelajaran
yang diterapkan di Kampus AKPER Fatima Parepare, menyikapi penegakan disiplin
di kampus sebagai salah satu proses pendewasaan diri untuk menghilangkan
apriori umum bahwa AKPER Fatima ‘mudah masuk dan sulit keluar’, sehingga jangan
ada dusta diantara kita, tutur Kasub Kehamasiswaan.
Diakhir refleksi, Bartholomeus
Sarunggaga, S,Kom menutup dengan sebuah permenungan yang menggugat keberadaan
para mahasiswa dalam membangun relasi dengan diri, sesama, orangtua dan
institusi. Alunan musik dan sentilan kata-kata reflektif dari Bartholomeus
Sarunggaga, S.Kom membuat peserta
terbuka matanya bahwa ternyata mereka manusia biasa yang tidak luput dari dosa
dan kesalahan. Manusia yang merasa super di atas segala-segalanya, tetapi
bolong dan rapuh dimakan waktu dan tindakan nyata. Karena itu, tidak
mengherankan ketika para peserta menyadari ketakberdayaan dirinya, ‘air
mata penyesalan’ berguguran sebagai simbol pengakuan hati
yang bening dari nurani yang terluka karena kesalahan diri yang tak terkatakan
selama ini, yang terucap lewat kata-kata: ‘Papa,Mama, teman dan para
pendidikku’ saya mau berubah, dan mulai sekarang saya tidak
lagi berbohong terhadap diri sendiri, orangtua dan institusiku.
Dengan kegiatan
refleksi sehari ini, diharapkan para mahasiswa AKPER Fatima Parepare punya
respek yang lebih intens (dalam) terhadap disiplin dan belajar. Para mahasiswa
juga diajak berani mengosongkan diri dari pikiran sesat tentang diri dan proses
perkuliahan demi menumbuhkan semangat baru memasuki tahun ajaran baru semester
ganjil 2011 dengan ‘pikiran yang jernih, hati yang
berbelas kasih dan maaf yang mengampuni’ sehingga Civitas
Akademi Keperawatan Fatima Parepare tetap jaya* (Martinus Jimung).
Selasa, 16 Juni 2015
KEUNGGULAN AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA PAREPARE
Keunggulan lulusan program Studi D III Keperawatan Fatima Parepare yang utama adalah memiliki kemampuan BTCLS/penanggulangan kegawatdaruratan, kedisiplinan yang tinggi dan keunggulan dalam hal nursing skill yang dicapai melalui latihan secara simultan di rumah sakit Fatima, Rumah Sakit Milik Akademi Keperawatan Fatima Parepare sebagai lahan utama aplikasi kompetensi mahasiswa.
Minggu, 14 Juni 2015
Pengelompokan Mata Kuliah
1. MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (MPK)
Kode MK
|
Mata Kuliah
|
SKS
|
WAT 1.01
|
Agama
|
2
|
WAT 1.02
|
Kewarganegaraan
dan Pancasila
|
2
|
WAT 1.03
|
Bahasa
Indonesia
|
2
|
Jumlah
|
6
|
2. MATA KULIAH
KEILMUAN DAN KETERAMPILAN
(MKK)
Kode MK
|
Mata Kuliah
|
SKS
|
WAT 2.01
|
Fisika dan Biologi
|
2
|
WAT 2.02
|
Anatomi
dan Fisiologi I
|
3
|
WAT 2.03
|
Anatomi
dan Fisiologi II
|
3
|
WAT 2.04
|
Mikrobiologi
dan Parasitologi
|
2
|
WAT 2.05
|
Patologi
|
2
|
WAT 2.06
|
Biokimia
|
1
|
WAT 2.07
|
Farmakologi
|
2
|
WAT 2.08
|
Ilmu
gizi
|
2
|
WAT 2.09
|
Psikologi
|
2
|
Jumlah
|
19
|
3.
MATA KULIAH KEAHLIAN
BERKARYA (MKB)
Kode MK
|
Mata Kuliah
|
SKS
|
WAT 3.01
|
Keperawatan Medikal Bedah I
|
4
|
WAT 3.02
|
Keperawatan
Medikal Bedah II
|
3
|
WAT 3.03
|
Keperawatan
Medikal Bedah III
|
4
|
WAT 3.04
|
Keperawatan
Medikal Bedah IV
|
3
|
WAT 3.05
|
Keperawatan Anak I
|
4
|
WAT 3.06
|
Keperawatan
Anak II
|
2
|
WAT 3.07
|
Keperawatan
Maternitas I
|
4
|
WAT 3.08
|
Keperawatan
Maternitas II
|
2
|
WAT 3.09
|
Keperawatan Jiwa I
|
4
|
WAT 3.10
|
Keperawatan
Jiwa II
|
2
|
WAT 3.11
|
Keperawatan
Komunitas I
|
3
|
WAT
3.12
|
Keperawatan
Komunitas II
|
3
|
WAT
3.13
|
Keperawatan
Keluarga I
|
1
|
WAT
3.14
|
Keperawatan
Keluarga II
|
2
|
WAT
3.15
|
Keperawatan
Gerontik I
|
2
|
WAT
3.16
|
Keperawatan
Gerontik II
|
1
|
WAT
3.17
|
Keperawatan
Gawat Darurat I
|
2
|
WAT
3.18
|
Keperawatan
Gawat Darurat II (INS)
|
2
|
WAT
3.19
|
Keperawatan
Gawat Darurat III (INS)
|
2
|
Jumlah
|
50
|
4. MATA KULIAH PERILAKU BERKARYA (MPB)
Kode MK
|
Mata Kuliah
|
SKS
|
WAT 4.01
|
Konsep Dasar Keperawatan
|
2
|
WAT 4.02
|
Kebutuhan Dasar Manusia I
|
2
|
WAT 4.03
|
Kebutuhan Dasar Manusia II
|
4
|
WAT 4.04
|
Etika
Keperawatan
|
2
|
WAT
4.05
|
Keperawatan
Profesional
|
2
|
WAT
4.06
|
Komunikasi
dalam Keperawatan
|
2
|
WAT
4.07
|
Riset
Keperawatan
|
1
|
WAT
4.08
|
Promosi
Kesehatan
|
2
|
WAT
4.09
|
Dokumentasi
Keperawatan
|
2
|
WAT
4.10
|
Komputer
(INS)
|
1
|
WAT
4.11
|
Keterampilan
Dasar I (INS)
|
2
|
WAT
4.12
|
Keterampilan
Dasar II (INS)
|
2
|
WAT
4.13
|
Keterampilan
Dasar III (INS)
|
2
|
WAT
4.14
|
Keterampilan
Dasar IV (INS)
|
2
|
WAT
4.15
|
Keterampilan
Dasar V (INS)
|
1
|
WAT
4.16
|
Keterampilan
Dasar VI (INS)
|
0
|
WAT
4.17
|
Praktek
Klinik Keperawatan I (INS)
|
1
|
WAT
4.18
|
Praktek
Klinik Keperawatan II (INS)
|
2
|
WAT
4.19
|
Praktek
klinik III ( INS ) – semester VI
|
2
|
WAT
4.20
|
Berhitung
(INS)
|
1
|
Jumlah
|
35
|
5. MATA
KULIAH BERKEHIDUPAN BERMASYARAKAT (MBB)
Kode MK
|
Mata Kuliah
|
SKS
|
WAT
5.01
|
Manajemen
dan Kepemimpinan dalam Keperawatan
|
1
|
WAT
5.02
|
Sosiologi
|
2
|
WAT
5.03
|
Bahasa
Inggris I
|
1
|
WAT
5.04
|
Bahasa
Inggris II
|
2
|
WAT
5.05
|
Karya
Tulis Ilmiah (INS)
|
3
|
WAT
5.06
|
Olah
Raga dan Seni I (INS)
|
0
|
WAT
5.07
|
Olah
Raga dan Seni II (INS)
|
0
|
WAT
5.08
|
Seminar
kasus (INS)
|
1
|
Jumlah
|
10
|
Keterangan :
44 mata
kuliah/kurikulum inti :
96 SKS ( )
16 Mata kuliah/ kurikulum
Institusional : 24
SKS ( )
_______________________
T
o t a l : 120 SKS ( 100% )
Langganan:
Postingan (Atom)